Elon Musk meminta perintah pengadilan terhadap OpenAI dan Microsoft dalam kasus antimonopoli

Elon Musk, pengusaha miliarder dan salah satu pendiri OpenAI, telah mengajukan mosi untuk mendapatkan putusan pendahuluan terhadap OpenAI, pimpinannya, dan mitra utama Microsoft. Tim kuasa hukum Musk menuduh para tergugat terlibat dalam praktik-praktik yang menekan persaingan dan merusak prinsip-prinsip pendirian organisasi.
Gugatan tersebut diajukan pada Jumat malam di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara California, menurut TechCrunch.
Mosi tersebut menuduh bahwa OpenAI, di bawah kepemimpinan Sam Altman dan Greg Brockman, menggunakan koneksinya dengan Microsoft untuk menghalangi investasi dalam usaha AI yang bersaing seperti xAI milik Musk. Tim hukum Musk mengklaim bahwa investor dalam putaran pendanaan OpenAI baru-baru ini ditekan untuk tidak mendukung pesaing, yang secara efektif membatasi akses xAI ke modal. OpenAI, yang dulunya merupakan organisasi nirlaba yang berfokus pada pengembangan AI yang dapat diakses, dituduh mengkhianati misi awalnya demi motif yang didorong oleh keuntungan.
Peran Microsoft dan tuduhan mendapatkan keuntungan yang tidak adil
Kasus ini juga menyoroti pengaruh signifikan Microsoft terhadap operasi OpenAI, termasuk investasi senilai $13 miliar dan penyediaan sumber daya cloud yang luas. Pengacara Musk berpendapat bahwa pengaturan ini, dikombinasikan dengan keputusan keuangan yang mementingkan diri sendiri oleh pimpinan OpenAI, menciptakan keuntungan pasar yang tidak adil. Misalnya, dugaan kepentingan keuangan Altman di Stripe, yang dipilih oleh OpenAI sebagai pemroses pembayarannya, disebut sebagai bukti perilaku yang tidak pantas.
Kritik terhadap transformasi OpenAI
Keluhan Musk lebih dari sekadar konflik keuangan. Perintah pengadilan menegaskan bahwa transisi OpenAI dari organisasi nirlaba menjadi organisasi laba telah mengubah misinya secara fundamental, mengesampingkan komitmen untuk kepentingan publik. Tim hukum Musk memperingatkan bahwa tanpa intervensi yudisial, OpenAI dapat terus membuat keputusan yang menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada pesaing, konsumen, dan industri AI secara keseluruhan.
Ini bukan pertama kalinya Musk berselisih dengan OpenAI. Sebagai salah satu pendiri organisasi tersebut, Musk keluar pada tahun 2018 karena perbedaan pendapat strategis. Sejak saat itu, ia menuduh OpenAI mengeksploitasi donasi senilai $44 juta miliknya dengan dalih untuk mengatasi masalah etika tentang kecerdasan buatan. Perusahaan Musk, xAI, diluncurkan tahun lalu dan dengan cepat memposisikan dirinya sebagai pemain utama dalam AI, baru-baru ini mengumpulkan $ 5 miliar dan mengembangkan model AI generatif, Grok.
Tanggapan OpenAI dan implikasi hukum
Dalam sebuah pernyataan, OpenAI menolak tuduhan Musk sebagai tidak berdasar dan berulang-ulang, mencatat bahwa ini menandai upaya hukum keempat untuk menantang tindakan perusahaan. Organisasi ini menyatakan bahwa keputusannya baru-baru ini sejalan dengan komitmennya untuk memajukan AI yang aman dan bermanfaat.
Ketika pengadilan mempertimbangkan permintaan Musk untuk mendapatkan perintah pengadilan, kasus ini menyoroti ketegangan yang meningkat di industri AI, di mana masalah persaingan, etika, dan tata kelola menjadi semakin diperdebatkan. Keberhasilan upaya Musk untuk menghentikan tindakan OpenAI dapat memiliki implikasi yang luas untuk masa depan kecerdasan buatan.
Khususnya, Musk dan CEO Coinbase Brian Armstrong sebelumnya menuduh Ketua SEC Gary Gensler dan Senator Elizabeth Warren mendalangi skema "debanking massal" yang menargetkan sektor kripto dan teknologi. Pada saat yang sama, Musk sendiri kembali dicurigai memanipulasi harga Dogecoin.